Di puncak ketegangan Amerika Serikat (AS) vs Iran, tiba-tiba intelijen AS untuk pertama kalinya mengatakan bahwa Iran tidak membuat senjata nuklir.
"Hasil pemeriksaan badan intelijen menunjukkan bahwa Iran tidak terlihat melakukan atau dengan sengaja memprovokasi konflik," ujar direktur Badan Intelijen Pertahanan AS, Letnan Jendral Ronald Burgess, kepada Komitee Militer AS seperti dikutip Jerusalem Post, Kamis (16/2).
Selain Burgess, Direktur Intelijen Nasional James Clapper juga menyatakan, berdasar hasl terkini, Iran tidak terlihat memutuskan untuk membangun senjata nuklir, meski saat ini negara itu memiliki beberapa alat untuk melakukan itu.
"Kami meyakini, keputusan itu bila ada akan dibuat langsung oleh pemimpin tertinggi (Ayatullah) dan ia akan mendasarkan keputusan itu pada analisis manfaat dan biaya," ujarnya. "Saya pikir ia tak menginginkan senjata nuklir dalam bentuk apa pun, sehingga saya pikir itu berkaitan dengan tujuan sanksi saat ini."
Pernyataan Clapper dan Burgess itu secara implisit merekomendasikan agar sanksi kepada Iran dievaluasi.
Sebelumnya, berdalih program nuklir Iran berbahaya karena diindikasikan dikembangkan untuk tujuan militer, Uni Eropa menjatuhkan sanksi terhadap Iran berupa larangan mengimpor minyak Iran. Embargo yang dikeluarkan pada 23 Januari 2012 itu disusul sanksi baru terhadap Bank Sentral Iran oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, 7 Februari 2012.
Kesan ketegangan semakin memuncak sejak pekan lalu, karena Amerika Serikat (AS) mensiagakan 17 kapal perangnya di Teluk Persia. Dilaporkan, kapal-kapal itu mengangkut ratusan rudal balistik. [IK/Rpb/Jrs]
"Hasil pemeriksaan badan intelijen menunjukkan bahwa Iran tidak terlihat melakukan atau dengan sengaja memprovokasi konflik," ujar direktur Badan Intelijen Pertahanan AS, Letnan Jendral Ronald Burgess, kepada Komitee Militer AS seperti dikutip Jerusalem Post, Kamis (16/2).
Selain Burgess, Direktur Intelijen Nasional James Clapper juga menyatakan, berdasar hasl terkini, Iran tidak terlihat memutuskan untuk membangun senjata nuklir, meski saat ini negara itu memiliki beberapa alat untuk melakukan itu.
"Kami meyakini, keputusan itu bila ada akan dibuat langsung oleh pemimpin tertinggi (Ayatullah) dan ia akan mendasarkan keputusan itu pada analisis manfaat dan biaya," ujarnya. "Saya pikir ia tak menginginkan senjata nuklir dalam bentuk apa pun, sehingga saya pikir itu berkaitan dengan tujuan sanksi saat ini."
Pernyataan Clapper dan Burgess itu secara implisit merekomendasikan agar sanksi kepada Iran dievaluasi.
Sebelumnya, berdalih program nuklir Iran berbahaya karena diindikasikan dikembangkan untuk tujuan militer, Uni Eropa menjatuhkan sanksi terhadap Iran berupa larangan mengimpor minyak Iran. Embargo yang dikeluarkan pada 23 Januari 2012 itu disusul sanksi baru terhadap Bank Sentral Iran oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, 7 Februari 2012.
Kesan ketegangan semakin memuncak sejak pekan lalu, karena Amerika Serikat (AS) mensiagakan 17 kapal perangnya di Teluk Persia. Dilaporkan, kapal-kapal itu mengangkut ratusan rudal balistik. [IK/Rpb/Jrs]