lazada ID

Yang Membuat Suami Menangis (Tulisan Seorang Aleg Perempuan)


Oleh: Samirah Halayiqah, Aleg Perempuan Palestina

Demi Allah, setelah 62 hari penahanan suamiku Muhammad Zaitun Halayiqah (Abu Anas) oleh badan keamanan Otoritas Palestina di Hebron kemudian sepanjang malam mendengarkan kisah penderitaannya, saya berhak mengungkapkan apa yang terjadi dengan suamiku. Ada dua hal; pintu Allah yang tidak akan ditutup bagi orang-orang yang dizhalimi dan pintu penjaga dan pejuang hak-hak dan kebenaran yang tidak akan menerima jika warga Palestina dizhalimi.

Yang mendorong saya menulis tema in adalah apa yang saya dengarkan dari suamiku ketika mengunjunginya di penjara badan keamanan di Hebron pada 5 Maret 2011 lalu ketika dia mengatakan, "Itu penahanan paling sulit dalam hidupku, dan mungkin kamu merasa aneh jika aku katakana bahwa aku menangis dalam penjara kali ini. Dia tidak merinci penyebabnya dan baru mengungkapkannya pada 13 Maret 2011 setelah dibebabaskan."

Suami mengatakan, "12 Januari 2011 sebelum tengah malam, saya mendengar jeritan seseorang meminta tolong dengan suaranya yang keras yang berasal dari sel pribadi yang sudah lama yang diberi nomer A-H. Sambil menjerit ia menangis dengan ucapan "Ya Allah, ya Allah, ya Allah." Saya bertanya kepada salah satu penghuni di sebelahku yang diikat ketika aku melintasi mereka siapa yang berteriak meminta tolong itu. Mereka menyebutkan namanya dan usianya 50an. Beberapa waktu setelah saya baru tahu ternyata tahanan itu jeritan itu terjadi karena orang tersebut digantung dengan tangannya terikat kebelakang sementara kakinya tidak menyentuh ke tanah dalam jangka waktu tertentu. Inilah pengalaman pertama yang membuat tidak tahan untuk menangis hingga air mata membasahi kain yang mengikat mataku."

Momen kedua yang membuatku menangis adalah ketika seorang yang ditahan secara administrasi masuk toilet yang usianya sudah enam puluhan. Dia guru pension. Dia lupa pintu toilet terbuka. Ketika seorang sipir penjara melihat pintu toilet terbuka, dia bilang kepada teman sipirnya "lihat si tua itu membiarkan pintu toilet terbuka, percayalah kepadaku setelah dia selesai dari toilet, aku akan jadikan dia benci namanya." Ketika tahanan itu keluar dari toilet dia diseret ke sel pribadi dan ditutup. Kemudian dari sel itu terdengar suara aneh seperti orang yang dicekik dengan keras. Sang tahanan menjelaskan penyebab pintu toilet itu terbuka namun si sipir hanya bilang "diam jangan berkata-kata." Aku sangat bersedih menyaksikan pemandangan itu dan menangis kenapa sang "murabbi" (guru) itu dihinakan seperti itu.

"Ketiga, pada 19 Januari 2011 setelah makan malam aku diinvestigasi setelah sepekan aku diikat dengan terbuka ditarik (disalib) dan dilarang tidur. Saat itu aku dipaksa mengaku. Ikatan kain di mataku terlepas karena pukulan keras dari sipir penjara. Kemudian sekujur tubuhku dipukuli dan ditinju, termasuk di dada dan kepala. Yang paling keras dalah pukulan di dada. Saya merasa saat itu kehilangan nyawa. Nafasku memburu dan aku menangis. Selama dipukuli mereka mencerca.

Saat aku diperiksa oleh dokter dan diberi cairan di bagian yang sakit di dada, mereka membawaku ke dapur, aku terus menangis karena sangat sakitnya. Mereka kemudian menginkatku dengan mata tertutup. Si sipir mengatakan kepadaku, "Apakah kamu menangis sementara kamu adalah suami seorang aleg Samirah Halayiqah??" aku katakana, "kalau kalian menghormati istriku dan setengah juta warga Palestina yang memilihnya kalian tidak akan menahanku. Kalian bahkan melarang ketua parlemen Palestina ketika masuk kantornya untuk bekerja demi rakyatnya, padahal dia wakil presiden Palestina menurut undang-undang dasar." Si sipir hanya diam tidak berkomentar."

Suamiku melanjutkan, "Yang membuat aku menangis dalam momen pertama adalah karena sedih atas kondisi orang-orang Palestina yang merencanakan mendirikan Negara Palestina dan meminta Negara dunia untuk itu, sementara kita saling menampar saudaranya sendiri, tidak mampu menyatukan barisan. Lebih menyedihkan, faktor yang membuat mereka menyiksa saudaranya sendiri adlaah karena ingin menyembunyikan aib mereka sendiri karena mereka bekerja bukan untuk kesatuan Palestina. Penangkapan dan penyiksaan itu hanya bersifat politik."

"Yang membuatku menangis dalam kasus kedua adalah karena "sang guru" yang menghabiskan waktunya untuk mendidik generasi ternyata dicekik dengan hina oleh sipir yang barangkali adalah generasi kedua yang pernah belajar dari sang guru tersebut."

"Dalam kasus ketiga yang membuatku menangis adalah karena sakitku yang sangat keras karena diserang empat sipir juga karena posisiku di masyarakat dan usiaku yang mendekati 50 tahun dimana selama ini di penjara Israel tidak pernah dipukuli sekeras itu." Itulah kesimpulan pengalaman suamiku di penjara keamanan Palestina di Hebron. Dan masih panjang kisah suami selama di penjara dan pengadilan serta tempat investigasi yang menyedihkan.

Wahai kalian orang-orang bebas di dunia ini, kasus ini terjadi terhadap suamiku dan ratusan orang sepertinya, kurang atau lebih, namun kalian tidur dan terlelap dalam hangatnya keluarga kalian dan fasilitas dunia yang lembut.

Bagaimana para pejuang itu tidak menangis di sel-sel badan keamanan yang dilanggar dan dilecehkan kehormatan manusia???

Bagaimana mereka bisa bersabar???

Wahai suamiku, bukan aib jika laki-laki dan pahlawan menangis. Yang aib adalah nurani yang dibunuh oleh nanah kebencian dan kedengkian serta memilih berpecah belah. Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam menangis dalam banyak kasus seperti dalam momen yang saya sebutkan, para sahabat dan para nabi pun menangis. "Ya Allah, balaslah orang menzhalimi dan menganiaya kami, jika Engkau tidak memberikan petunjuk kepada mereka ke jalan yang benar." Itulah kata-kata terakhir kami. [bsyr, InfoPalestina]
Recomendation
Artikel Menarik Lainnya
Copyright © 2012-2099 SEKILAS DAKWAH - Dami Tripel Template Level 2 by Ardi Bloggerstranger. All rights reserved.
Valid HTML5 by Ardi Bloggerstranger