Dewan Ulama al-Azhar menyeru para politisi dan penguasa negara-negara Muslim agar memboikot Myanmar sampai pemerintah negara itu memperbaiki perlakuan kepada warga Muslim Rohingya. Dewan Ulama juga menyerukan demonstrasi umat Muslim di depan Kedutaan Besar Myanmar di seluruh dunia Islam.
Dalam pernyataannya, dengan tegas Dewan Ulama al-Azhar mengecam pembunuhan, penyiksaan, dan pembantaian massal terhadap etnis Muslim Rohingya. Dewan ulama bahkan menilai apa yang terjadi di Myanmar lebih buruk dari perlakuan rezim Zionis Israel terhadap warga Palestina.
Menyinggung kebungkaman masyarakat internasional di hadapan aksi tidak manusiawi itu, Dewan Ulama al-Azhar menyerukan protes dan blokade terhadap Kedutaan Besar Myanmar di seluruh negara Islam.
Pembantaian massal atas Muslim Rohingya juga mengundang keprihatinan dan protes berbagai lembaga Islam lainnya. Sebelumnya, Kamis (12/7) lalu, Islamic Society of north America (ISNA) menyeru agar hak-hak asasi Muslim Rohingya diberikan.
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) juga memprotes pembantaian yang tidak manusiawi itu. Sekretari Jenderal OKI Ekmeleddin Ihsanoglu Senin (16/7) lalu mengutuk diskriminasi yang dialami Muslim Rohingya.
"Selama tiga dekade terakhir, hak asasi Muslim Rohingya dilanggar. Saat ini, perubahan telah terjadi di Myanmar, harapannya perubahan itu akan membawa Muslim Rohingya menuju persamaan hak dan kesempatan," tegasnya.
Ihsanoglu berharap pemerintah Myanmar menanggapi keluhan masyarakat internasional, sambil OKI mengupayakan membawa persoalan tersebut ke PBB guna mencari resolusi damai. [IK/Rpb/Hdy/bsb]
Dalam pernyataannya, dengan tegas Dewan Ulama al-Azhar mengecam pembunuhan, penyiksaan, dan pembantaian massal terhadap etnis Muslim Rohingya. Dewan ulama bahkan menilai apa yang terjadi di Myanmar lebih buruk dari perlakuan rezim Zionis Israel terhadap warga Palestina.
Menyinggung kebungkaman masyarakat internasional di hadapan aksi tidak manusiawi itu, Dewan Ulama al-Azhar menyerukan protes dan blokade terhadap Kedutaan Besar Myanmar di seluruh negara Islam.
Pembantaian massal atas Muslim Rohingya juga mengundang keprihatinan dan protes berbagai lembaga Islam lainnya. Sebelumnya, Kamis (12/7) lalu, Islamic Society of north America (ISNA) menyeru agar hak-hak asasi Muslim Rohingya diberikan.
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) juga memprotes pembantaian yang tidak manusiawi itu. Sekretari Jenderal OKI Ekmeleddin Ihsanoglu Senin (16/7) lalu mengutuk diskriminasi yang dialami Muslim Rohingya.
"Selama tiga dekade terakhir, hak asasi Muslim Rohingya dilanggar. Saat ini, perubahan telah terjadi di Myanmar, harapannya perubahan itu akan membawa Muslim Rohingya menuju persamaan hak dan kesempatan," tegasnya.
Ihsanoglu berharap pemerintah Myanmar menanggapi keluhan masyarakat internasional, sambil OKI mengupayakan membawa persoalan tersebut ke PBB guna mencari resolusi damai. [IK/Rpb/Hdy/bsb]
