lazada ID

Dilema Israel Pasca Revolusi Mesir


Oleh: Khalid Sarjani

Sudah pasti penegasan Majlis Tinggi Angkatan Bersenjata bahwa ia akan komitmen dengan semua perjanjian yang pernah ditandatangani Mesir melegakan Israel yang sebelumnya berasa khawatir jika revolusi Mesir mempengaruhi “perjanjian damai yang pernah ditandatangai sejak tahun 1978. Meski demikian, Israel tetap berada dalam dilematis setelah revolusi itu berhasil menggulingkan rezim Hosni Mubarak. Ini bukan saja karena sekutu strategi dan penting Israel sekelas Mesir akan “tiarap”, atau karena politik-politiknya selalu mewujudkan kepentingan Israel, seperti ikut dalam memblokade Jalur Gaza dan Hamas, atau kerjasama keamanan dan tukar informasi antara keamanan Mesir dan Israel, namun karena peristiwa Mesir dan Tunis bisa jadi akan mempengaruhi peran Israel dalam strategi barat.

Semua orang tahu bahwa dunia mengikuti dan empati dengan revolusi Mesir dan tercengang dengan kinerja pemuda Mesir yang turun ke jalan di tengah kondisi sulit bangsa Mesir. Sebagian besar pemuda yang menggalang massa melalui jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter adalah dari kelas yang memiliki konflik dengan dunia barat. Hak ini tentu menghilangkan image barat bahwa dunia Arab itu dikuasai oleh kelompok fundamentalis ekstrim.

Image barat selama ini dipengaruhi oleh kampanye zionis yang intens di media barat. Dengan perubahan imej ini, maka Israel menghadapi demokrasi dan moderaslime di tengah gurun pasir otoritarianisme dan fundementalisme. Maka eksistensi Israel dengan imej seperti ini dan pelanggarannya atas HAM dengan mengatas namakan menjaga kepentingan barat.

Ini artinya, imej Arab di dunia barat berubah karena revolusi Mesir dan Tunis dan ini membuka ruang perubahan sikap dunia barat terhadap masalah di dunia Arab. Sangat mungkin akan terbuka sejumlah perkembangan yang mengarah kepada kontak kuat antara pelajar Arab yang memiliki pendidikan barat yang mampu berbicara dengan bahasa modern yang handal dalam berkomunikasi melalui jejaring sosial dan ada pemuda barat yang terpesona dengan pengalaman revolusi Mesir dan Tunisia. Perubahan barat inilah yang dikhawatirkan Israel.

Disamping pemerintah sementara Mesir tidak akan berani menganulir perjanjian yang ada namun mereka juga tidak akan memberikan langkah maju dalam urusan normalisasi dengan Israel. Namun yang pasti hubungan dengan Tunis dan Mesir akan mengalami kemunduran pasca tergulingkan Ben Ali dan Hosni Mubarak, ditambah masalah Suriah, Palestina dan Turki.

Sisi penting lain hubungan Mesir dan Israel selama diunggulkan. Kesepakatan penjualan gas alam Mesir untuk Israel misalnya, dengan harga jauh lebih murah dibanding harga standar dunia. Ini membuat pihak-pihak penting Mesir keberatan dan kecewa. Kadang pemerintah Mesir mendorong pebisnis dekat mereka untuk berinvestasi dana di Israel agar terlihat normalisasi hubungan kedua negara. Hampir dipastikan, pemerintah Mesir yang baru tidak akan menempuh cara ini, diperkirakan juga akan menganulir penjualan gas alam atau paling tidak dikaji ulang soal harganya. Ini pasti berdampak negatif bagi Israel. Israel juga khawatir Mesir akan masuk ke poros “oposisi Arab” meski bukan dalam waktu dekat.

Itu berarti Israel harus meralat politiknya di kawasan sesuai dengan situasi. Dulu Mesir adalah negara yang melawan proyek nuklir Iran, dan Israel adalah paling keras menentangnya. Politik ini bisa berubah sesuai dengan situasi dan perkembangan terbaru. [bsyr, InfoPalestina]
Recomendation
Artikel Menarik Lainnya
Copyright © 2012-2099 SEKILAS DAKWAH - Dami Tripel Template Level 2 by Ardi Bloggerstranger. All rights reserved.
Valid HTML5 by Ardi Bloggerstranger