Ternyata, bukan hanya Teli yang menyesal telah memilih Jokowi. Puluhan warga Warakas juga membubuhkan tanda tangan mendukung Mulyadi, luras Warakas, menggugat Gubernur DKI Jakarta itu. Spanduk yang berisi tanda tangan puluhan warga itu terbentang di tembok depan Kelurahan Warakas.
Mereka mendukung Mulyadi menentang kebijakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atas pelaksanaan seleksi promosi jabatan terbuka atau lelang jabatan.
"Setelah ada lelang jabatan, menyesal saya pilih Jokowi. Kemarin, pas Pak Mulyadi dirawat di rumah sakit, beliau tetap mau melayani tanda tangan untuk kita semua. Mana ada pejabat sakit masih mau melayani warganya? Pak Mulyadi juga yang membimbing kita dari warga wilayah kumuh menjadi warga yang maju," kata Teli.
Teli tidak mau lurah yang bagus seperti Mulyadi diganti. Ia juga meyakini banyak pegawai negeri sipil (PNS), lurah, atau camat yang tidak setuju dengan program unggulan Jokowi tersebut. Namun, mereka tidak berani bersuara menentang Jokowi.
Teli pun menjabarkan berbagai penghargaan yang pernah diraih wilayahnya saat dipimpin oleh Mulyadi. Antara lain meraih Juara II Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Jakarta Utara tahun 2008, Juara I Bulu Tangkis Ganda Putra Jakarta Utara tahun 2009, Juara I Lomba Keterampilan Menyuluh Posyandu tahun 2010, dan Juara I Lomba Rumah Sehat dan Pemanfaatan Tanah Pekarangan 2010.
Seperti diketahui, Mulyadi menolak untuk mengikuti proses seleksi promosi terbuka jabatan lurah. Ia berencana mengajukan uji materi ke MK karena menurutnya ada yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan yang ada.
Ahok Ancam Ganti
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok mengaku santai saja menghadapi gugatan Mulyadi. Ia juga mengatakan bisa mengganti lurah Warakas itu saat ini juga.
"Ya enggak apa-apa, dasar gugatnya apa, ya kan. Kan kalau mau copot lurah camat kan hak-haknya kita saja kalau mau ganti," kata Ahok.
"Sekarang saja kalau mau kita bisa ganti dia kok. Urusannya apa itu, enggak ada urusan itu," imbuhnya. [JJ/Dtk/Kmp/bsb]
Mereka mendukung Mulyadi menentang kebijakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atas pelaksanaan seleksi promosi jabatan terbuka atau lelang jabatan.
"Setelah ada lelang jabatan, menyesal saya pilih Jokowi. Kemarin, pas Pak Mulyadi dirawat di rumah sakit, beliau tetap mau melayani tanda tangan untuk kita semua. Mana ada pejabat sakit masih mau melayani warganya? Pak Mulyadi juga yang membimbing kita dari warga wilayah kumuh menjadi warga yang maju," kata Teli.
Teli tidak mau lurah yang bagus seperti Mulyadi diganti. Ia juga meyakini banyak pegawai negeri sipil (PNS), lurah, atau camat yang tidak setuju dengan program unggulan Jokowi tersebut. Namun, mereka tidak berani bersuara menentang Jokowi.
Teli pun menjabarkan berbagai penghargaan yang pernah diraih wilayahnya saat dipimpin oleh Mulyadi. Antara lain meraih Juara II Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Jakarta Utara tahun 2008, Juara I Bulu Tangkis Ganda Putra Jakarta Utara tahun 2009, Juara I Lomba Keterampilan Menyuluh Posyandu tahun 2010, dan Juara I Lomba Rumah Sehat dan Pemanfaatan Tanah Pekarangan 2010.
Seperti diketahui, Mulyadi menolak untuk mengikuti proses seleksi promosi terbuka jabatan lurah. Ia berencana mengajukan uji materi ke MK karena menurutnya ada yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan yang ada.
Ahok Ancam Ganti
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok mengaku santai saja menghadapi gugatan Mulyadi. Ia juga mengatakan bisa mengganti lurah Warakas itu saat ini juga.
"Ya enggak apa-apa, dasar gugatnya apa, ya kan. Kan kalau mau copot lurah camat kan hak-haknya kita saja kalau mau ganti," kata Ahok.
"Sekarang saja kalau mau kita bisa ganti dia kok. Urusannya apa itu, enggak ada urusan itu," imbuhnya. [JJ/Dtk/Kmp/bsb]
