lazada ID

Catatan Kecil tentang Uje dari Akhwat UIN Yogya


Saya mengenal Ustadz Jefri Al-Buchori (Uje) beberapa tahun silam, saat beliau mulai mengorbit di salah satu stasiun televisi. Waktu itu saya masih duduk di bangku MTs. Dan saya semakin kagum sama beliau saat saya membaca salah satu buku beliau. Buku yang sangat cocok untuk remaja seperti saya waktu itu. Bahasanya renyah, gaul, dan mudah dipahami. Dengan sampul Uje di depan memakai baju taqwa khasnya.

Beliau kemudian menjadi salah satu ustadz favorit saya setelah Aa Gym dan Teh Ninih. Dan di tahun 2011 Allah memberi kesempatan saya untuk melihat Uje secara langsung di Masjid Kampus UIN Yogya. Beliau hadir bersama rekan beliau sesama dai yang tak lain adalah ustadz Sholeh Mahmud dan beberapa ustadz lainnya.

Dalam kesempatan tersebut beliau tampak bersahaja. Kerendahan hati beliau waktu itu tampak dari sikapnya yang tidak mau difoto. Selain itu, beliau juga mulai memperkenalkan kepada kami ustadz Sholeh Mahmud (yang waktu itu belum begitu terkenal) untuk berceramah di depan para jama’ah yang hadir.

Diantara banyaknya taujih yang Uje sampaikan, ada beberapa pesan yang saya ingat dari buku karya beliau, yaitu jauhi narkoba, dan hanya Rasulullah yang patut menjadi idola. Ya, narkoba yang telah menjerumuskan beliau di masa mudanya. Beliau kemudian mengingatkan agar jangan sampai apa yang pernah beliau alami semasa mudanya itu terulang pada generasi muda.

Hanya Rasululllah yang patut menjadi idola, pesan Uje berikutnya. Dalam buku tersebut Uje mengambil hadits “Dari Abu Wâ-il dari ‘Abdullah (bin Mas’ud), dia berkata: “seorang laki-laki datang kepada Rasulullah sembari berkata: ‘wahai Rasulullah! Apa pendapatmu terhadap seorang laki-laki yang mencintai suatu kaum padahal dia belum pernah (sama sekali) berjumpa dengan mereka?’. Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda: “seseorang itu adalah bersama orang yang dia cintai”. (HR.Muslim) . Ketika ia mengidolakan Rasulullah maka segala prilaku seorang akan meniru gaya Rasulullah yang akan mengantarkannya pada gerbang pintu surga. Namun sebaliknya, ketika orang tersebut mengidolakan Breatney Spears misalnya, maka ketika Allah menetapkan Breatney masuk neraka, orang yang mengidolakannya juga akan masuk neraka.

Dalam buku tersebut juga ditulis biografi singkat Uje. Ternyata Uje adalah seorang mantan “preman” yang kemudian bertaubat dan menjadi Ustadz gaul seperti sekarang. Saya sempat terenyuh ketika membacanya. Ternyata begitulah tatkala Allah memberi hidayah pada seseorang. Setelah diuji dengan memberikan jalan yang “suram” ternyata Allah memberikan hidayahNya. Dengan hidayah itu, jadilah Uje berbalik 180 derajat menjadi dai yang banyak disuka anak muda.

Ibarat orang tua pernah yang pernah mengalami masa-masa susah, maka ia tak ingin anak-anaknya ikutan mengalami hal seperti dirinya. Begitu pula dengan Uje. Beliau sudah pernah mengalami masa muda yang kelam, sehingga beliau tak ingin kita kaum muda terjerumus pada hal yang sama seperti beliau.

Dari sinilah saya sedikit mengambil pelajaran tentang cara dakwah beliau. Beliau begitu memahami objek dakwahnya. Sehingga beliau begitu menjiwa apa yang beliau sampaikan dan akhirnya dakwah beliau mudah diterima.

Seperti ketika beliau berdakwah di kalangan kaum dhuafa’. Beliau sudah pernah merasakan masa-masa sulit bersama bunda Pipik, sampai beliau berjualan kue. Sehingga ketika pesan itu disampaikan beliau begitu menjiwai. Selain itu beliau pandai memilih bahasa yang sesuai dengan objek dakwahnya, kepiawaian beliau dalam bersholawat, bernasyid, dengan suaranya yang khas serta humor kecil yang terselip selama menyampaikan materi dakwah membuat semua obyek dakwah dapat menerimah dakwah beliau.

Ada satu pelajaran lagi, yaitu pesan yang Allah sampaikan kepada kita. Seperti yang tertera dalam ayat al-quran sura Az-zumar ayat 36-37 yang artinya “Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun yang menjadi pemberi petunjuk baginya. Dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) mengazab?". Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa hanya Allah yang dapat menyesatkan dan memberi petunjuk seseorang. Ya, kalau dulu Uje terseret gelap hingga menjadi pecandu narkotika, Allah kemudian memberinya hidayah. Hidayah yang akhirnya mengantarkannya husnul khotimah, dan menuai air mata sejuta umat lantaran kepergiannya.

Yang menjadi penentu adalah bagian akhir dari amal perbuatan seseorang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya amal perbuatan seseorang ditentukan pada bagian akhirnya.” (HR. Bukhari). Artinya barangsiapa yang telah ditetapkan Allah beriman di akhir hayatnya, meskipun dia kufur sebelumnya, menjelang kematiannya ia akan beriman. Dan sebaliknya.

Saudaraku, jangan kita sangka mereka yang kini menjadi preman, pencuri, bahkan pezina sekalipun, akan selamanya hina. Kalau ternyata Allah menetapkan akhir hayatnya baik, suatu saat mereka akan mendapat hidayah dari-Nya, hingga akhirnya mereka mau bertaubat dan husnul khotimah seperti Uje. Kita tidak tahu kapan hidayah Allah itu akan datang. Kita tidak tahu bagaimana Alah memberinya ketetapan di akhir hayat orang tersebut apakah baik ataukah sebaliknya.

Oleh karenanya janganlah kita membenci dan mencomooh mereka. Bisa jadi itu semua bukan pilihan mereka. Bisa jadi mereka terperosok dan berusaha bangkit. Tetapi olok-olok kita justru menjadikan mereka minder untuk bertaubat dan bertahan dalam gelap. Yang perlu kita lakukan adalah merangkul mereka.

Saya sangat salut sama bunda Pipik, yang kata Ummi Tatu sewaktu menikah dengan Uje, Uje masih ada pengaruh narkotika. Namun kesabaran bunda Pipik membersamai, merangkul dan berjalan bersama Uje telah mengantarkan Uje menjadi pejuang dakwah.

Selamat jalan Uje. Semoga Allah melapangkan rumah barumu di sana dan meneranginya dengan cahaya rahmat-Nya. Aamiin... [Ukhtu Emil]
Recomendation
Artikel Menarik Lainnya
Copyright © 2012-2099 SEKILAS DAKWAH - Dami Tripel Template Level 2 by Ardi Bloggerstranger. All rights reserved.
Valid HTML5 by Ardi Bloggerstranger