Kendati Komisi Pemilu belum mengumumkan secara resmi hasil pilpres Mesir, kabar kemenangan capres Ikhwan Muhammad Mursi telah "mengganggu" telinga pejabat Israel. Di tengah berlangsungnya penghitungan suara resmi oleh Komisi Pemilu tersebut, Israel mengerahkan tank di perbatasan selatan Mesir, Senin (18/6).
Setidaknya dua buah tank Israel dikerahkan ke arah pagar perbatasan. Berdasarkan perjanjian Camp David, Mesir dan Israel diwajibkan untuk menjaga area demiliterisasi tersebut. Namun, Israel khawatir presiden terpilih akan mengubah mengakhiri perjanjian yang ditandatangani tahun 1979 oleh Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Rezim Israel Menachem Begin itu.
Pengerahan tank tersebut dilakukan rezim Zionis hanya beberapa jam setelah seorang pria Israel tewas dalam serangan lintas-perbatasan. Insiden itu terjadi tidak lama setelah Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza yang menewaskan dua warga Palestina.
Deputi Perdana Menteri Israel Moshe Yaalon menuntut Tel Aviv untuk meninjau kembali hubungannya dengan Kairo, khususnya hubungan militer dan keamanan jika Mursi memenangkan pemilu.
Selain politisi Israel, media dan analis politik di negara Zionis itu juga mengangkat isu pikpres Mesir sebagai perhatian utama. Para analis politik Israel sangat mengkhawatirkan jika Mursi terpilih menjadi presiden Mesir.
"Muhammad Mursi menyatakan akan menerapkan syariat Islam di Mesir, dan menganggap Israel sebagai musuh serta menuntut kembalinya al-Quds," kata Shaul Monash, seorang analis Israel.
Meski Komisi Pemilu Mesir belum mengumumkan secara resmi hasil pilpres putaran kedua, tim sukses Mursi telah menggelar konferensi pers, Senin (18/6) pagi. Koordinator tim sukses Ahmad Abdul Atti mengumumkan, Mursi mengantongi 12.743.000 suara, sedangkan Shafiq memperoleh 11.846.000 suara. Setelah suara dari luar negeri ditambahkan, kemenangan Mursi mencapai 52,5 persen suara, sedangkan Shafiq mendapat 47,5 persen.
Pada hari yang sama seorang anggota Komisi Pemilu Mesir mengkonfirmasikan bahwa calon Ikhwanul Muslimin Muhammad Mursi memimpin di putaran kedua. Namun, pengumuman resmi baru akan dirilis Komisi Pemilu 21 Juni mendatang. [JJ/Rpb/bsb]
Setidaknya dua buah tank Israel dikerahkan ke arah pagar perbatasan. Berdasarkan perjanjian Camp David, Mesir dan Israel diwajibkan untuk menjaga area demiliterisasi tersebut. Namun, Israel khawatir presiden terpilih akan mengubah mengakhiri perjanjian yang ditandatangani tahun 1979 oleh Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Rezim Israel Menachem Begin itu.
Pengerahan tank tersebut dilakukan rezim Zionis hanya beberapa jam setelah seorang pria Israel tewas dalam serangan lintas-perbatasan. Insiden itu terjadi tidak lama setelah Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza yang menewaskan dua warga Palestina.
Deputi Perdana Menteri Israel Moshe Yaalon menuntut Tel Aviv untuk meninjau kembali hubungannya dengan Kairo, khususnya hubungan militer dan keamanan jika Mursi memenangkan pemilu.
Selain politisi Israel, media dan analis politik di negara Zionis itu juga mengangkat isu pikpres Mesir sebagai perhatian utama. Para analis politik Israel sangat mengkhawatirkan jika Mursi terpilih menjadi presiden Mesir.
"Muhammad Mursi menyatakan akan menerapkan syariat Islam di Mesir, dan menganggap Israel sebagai musuh serta menuntut kembalinya al-Quds," kata Shaul Monash, seorang analis Israel.
Meski Komisi Pemilu Mesir belum mengumumkan secara resmi hasil pilpres putaran kedua, tim sukses Mursi telah menggelar konferensi pers, Senin (18/6) pagi. Koordinator tim sukses Ahmad Abdul Atti mengumumkan, Mursi mengantongi 12.743.000 suara, sedangkan Shafiq memperoleh 11.846.000 suara. Setelah suara dari luar negeri ditambahkan, kemenangan Mursi mencapai 52,5 persen suara, sedangkan Shafiq mendapat 47,5 persen.
Pada hari yang sama seorang anggota Komisi Pemilu Mesir mengkonfirmasikan bahwa calon Ikhwanul Muslimin Muhammad Mursi memimpin di putaran kedua. Namun, pengumuman resmi baru akan dirilis Komisi Pemilu 21 Juni mendatang. [JJ/Rpb/bsb]
