Setiap mukmin pasti diuji oleh Allah. Setiap keluarga mukmin pasti diuji oleh Allah. Ujian setiap hamba berbeda dengan hamba yang lain. Ujian bagi sebuah keluarga juga tak selalu sama dengan ujian bagi keluarga lainnya.
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut : 2-3)
Ujian bagi mukmin sangat mungkin berbeda, tetapi setiap ujian memiliki maksud yang sama: menguji keimanannya, hingga tatkala mereka lulus ujian itu semakin tinggilah derajatnya, dihapuslah dosanya, dan dianugerahkan keutamaan kepadanya. Ujian juga membawa hikmah besar setara dengan tingkat ujiannya.
Diantara ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada sebagian keluarga adalah keguguran. Ujian ini secara khusus sangat berat bagi seorang wanita, calon ibu. Apalagi jika itu adalah calon putra pertama. Ia juga berat bagi suami dan keluarganya.
Namun, sesuai dengan kaidah di atas, bahwa semakin berat ujian semakin besar pahala dan hikmahnya. Dan semakin tinggi iman seseorang atau sebuah keluarga semakin berat pula ujiannya.
“Demi Allah,” sabda Rasulullah sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah, “sesungguhnya janin yang keguguran akan membawa ibunya ke surga dengan tali pusarnya, jika ibunya itu ikhlas.”
Subhaanallah. Demikian luar biasa pahala dan hikmah keguguran. Jika ujian itu dihadapi dengan ikhlas, sang ibu akan masuk surga karenanya. Sebuah balasan yang sangat mulia dan mahal nilainya.
Hadits lain dari Ali bin Abi Thalib bahkan menyatakan bukan hanya ibu yang “terselamatkan” berkat keguguran yang dihadapi dengan penuh keikhlasan, melainkan juga sang ayah. “Sesungguhnya janin yang keguguran akan memohon dengan sangat kepada Rabbnya, jika kedua orang tuanya masuk neraka. Sehingga dikatakan kepadanya, ‘Wahai janin yang memohon pada Tuhannya, masukkanlah kedua orangtuamu ke dalam surga. Kemudian janin itu pun menarik mereka dengan tali pusarnya menuju surga.’” []
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut : 2-3)
Ujian bagi mukmin sangat mungkin berbeda, tetapi setiap ujian memiliki maksud yang sama: menguji keimanannya, hingga tatkala mereka lulus ujian itu semakin tinggilah derajatnya, dihapuslah dosanya, dan dianugerahkan keutamaan kepadanya. Ujian juga membawa hikmah besar setara dengan tingkat ujiannya.
Diantara ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada sebagian keluarga adalah keguguran. Ujian ini secara khusus sangat berat bagi seorang wanita, calon ibu. Apalagi jika itu adalah calon putra pertama. Ia juga berat bagi suami dan keluarganya.
Namun, sesuai dengan kaidah di atas, bahwa semakin berat ujian semakin besar pahala dan hikmahnya. Dan semakin tinggi iman seseorang atau sebuah keluarga semakin berat pula ujiannya.
“Demi Allah,” sabda Rasulullah sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah, “sesungguhnya janin yang keguguran akan membawa ibunya ke surga dengan tali pusarnya, jika ibunya itu ikhlas.”
Subhaanallah. Demikian luar biasa pahala dan hikmah keguguran. Jika ujian itu dihadapi dengan ikhlas, sang ibu akan masuk surga karenanya. Sebuah balasan yang sangat mulia dan mahal nilainya.
Hadits lain dari Ali bin Abi Thalib bahkan menyatakan bukan hanya ibu yang “terselamatkan” berkat keguguran yang dihadapi dengan penuh keikhlasan, melainkan juga sang ayah. “Sesungguhnya janin yang keguguran akan memohon dengan sangat kepada Rabbnya, jika kedua orang tuanya masuk neraka. Sehingga dikatakan kepadanya, ‘Wahai janin yang memohon pada Tuhannya, masukkanlah kedua orangtuamu ke dalam surga. Kemudian janin itu pun menarik mereka dengan tali pusarnya menuju surga.’” []