Perhitungan suara hasil pemilu Tunisa akhirnya selesai. Hasil resmi yang diumumkan komisi pemilihan, Kamis (27/10), menunjukkan Partai Islam Ennahda (حركة النهضة) memperoleh kemenangan dalam pemilihan demokratis yang bersejarah itu dengan 41,47 persen suara.
Partai yang memiliki slogan hurriyah (kebebasan) – 'adalah (keadilan) – tanmiyah (pembangunan) itu memperoleh 90 kursi dalam majelis baru yang memiliki 217 anggota.
Partai sayap kiri Kongres untuk Republik (CPR) berada di tempat kedua dengan 13,82 persen suara, mencerminkan 30 kursi. Kemudian Ettakatol menyusul di tempat ketiga dengan 9,68 persen suara atau 21 kursi.
Ennahda merupakan partai Islam yang pernah dilarang pada rezim Ben Ali, presiden Tunisia yang digulingkan melalui revolusi pada 14 Januari 2011. Larangan itu dicabut oleh pemerintah sementara Tunisia pada 1 Maret lalu.
Ennahda sempat diterima pada awal kekuasaan Ben Ali namun mengalami penumpasan setelah pemilu tahun 1989 ketika gerakan itu menjadi pemenang kedua setelah partai Ben Ali yang berkuasa.
Ennahda didirikan oleh Rashid Ghannouchi bersama rekan-rekannya pada tahun 1981, diilhami oleh gerakan Ikhwanul Muslimin yang berasal dari Mesir.
Kemenangan Ennahda yang lebih dari 40 persen menunjukkan besarnya dukungan warga Tunisia kepada Ennahda yang berhaluan Islam dan ketidaktertarikan pada nilai-nilai sekuler yang dikampanyekan lawan politiknya. Di samping itu, tingginya angka partisipasi pemilih hingga lebih dari 90 persen –tidak pernah terjadi pada rezim Ben Ali- menunjukkan legitimasi pemilu dan Ennahda sebagai pemenangnya. [AN/bsb]
Partai yang memiliki slogan hurriyah (kebebasan) – 'adalah (keadilan) – tanmiyah (pembangunan) itu memperoleh 90 kursi dalam majelis baru yang memiliki 217 anggota.
Partai sayap kiri Kongres untuk Republik (CPR) berada di tempat kedua dengan 13,82 persen suara, mencerminkan 30 kursi. Kemudian Ettakatol menyusul di tempat ketiga dengan 9,68 persen suara atau 21 kursi.
Ennahda merupakan partai Islam yang pernah dilarang pada rezim Ben Ali, presiden Tunisia yang digulingkan melalui revolusi pada 14 Januari 2011. Larangan itu dicabut oleh pemerintah sementara Tunisia pada 1 Maret lalu.
Ennahda sempat diterima pada awal kekuasaan Ben Ali namun mengalami penumpasan setelah pemilu tahun 1989 ketika gerakan itu menjadi pemenang kedua setelah partai Ben Ali yang berkuasa.
Ennahda didirikan oleh Rashid Ghannouchi bersama rekan-rekannya pada tahun 1981, diilhami oleh gerakan Ikhwanul Muslimin yang berasal dari Mesir.
Kemenangan Ennahda yang lebih dari 40 persen menunjukkan besarnya dukungan warga Tunisia kepada Ennahda yang berhaluan Islam dan ketidaktertarikan pada nilai-nilai sekuler yang dikampanyekan lawan politiknya. Di samping itu, tingginya angka partisipasi pemilih hingga lebih dari 90 persen –tidak pernah terjadi pada rezim Ben Ali- menunjukkan legitimasi pemilu dan Ennahda sebagai pemenangnya. [AN/bsb]
