Sebagian pengguna Yahoo mungkin sempat membaca berita hasil penelitian Dr. Karen Bouncer. Penelitian yang hasilnya dipublikasikan di New England Journal of Medicine itu menyimpulkan laki-laki yang sering menatap (maaf) aurat inti atas wanita, memungkinkan memiliki hidup lebih panjang.
Lebih parahnya lagi, berpijak pada penelitiannya ia menganjurkan kepada kaum pria, terutama usia di atas 30 tahun untuk membaca majalah-majalah 'panas' seperti Playboy. Juga mencuri-curi pandang jika ada kesempatan.
Dinilai dari syariat Islam, jelas hasil penelitian ini berikut rekomendasinya sangat bertentangan dengannya. Bagaimana mungkin, Allah membuat sunnatullah terkait umur ditentukan oleh hal-hal yang bertentangan dengan syariat-Nya? Sementara terhadap lawan jenis yang bukan muhrim, Allah SWT menegaskan untuk ghadhul bashar; menundukkan pandangan.
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An-Nur : 30)
Jangankan melihat aurat, melihat wajah wanita saja tidak diperkenankan untuk terus menatapnya.
Ketika berada di samping Rasulullah, Al Fadhl bin Abbas pernah melempar pandang kepada seorang wanita, dan wanita itu pun melihat kepadanya. Saat Rasulullah SAW mengetahuinya, maka beliau memalingkan wajah Al Fadhl ke arah lain agar terhindar dari dosa.
“Jangan kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya)”, sabda Rasulullah di kesempatan yang lain sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Daud, “pandangan pertama untukmu, dan tidak untuk yang pandangan kedua.”
Dinilai dari fakta sosial, secara empiris penelitian Dr. Karen Bouncer juga tidak mendapatkan dukungan. Data statistik dunia tahun 2009 yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang menunjukkan negara yang usia rata-rata kaum pria paling panjang adalah Qatar. Rata-rata lelaki Qatar mencapai usia 81 tahun, lalu Hongkong 79,8 tahun, serta di tempat ketiga ada Swiss dan Eslandia pada 79,7 tahun.
Tahukah Dr. Karen Bouncer bagaimana kondisi pergaulan di Qatar? Di sana diterapkan syariat Islam dalam pergaulan umum. Hampir sama dengan Arab Saudi, meskipun di Qatar wanita tidak dilarang menyetir mobil. Jangankan bisa seenaknya “menikmati” aurat, muslimah-muslimah di Qatar sangat tertutup; sebagiannya mengenakan burqa. Jika kesimpulan dan rekomendasi Dr. Karen Bouncer benar, mestinya laki-laki Qatar tidak memiliki usia sepanjang itu.
Maka ada beberapa kemungkinan terkait dengan penelitian Dr. Karen Bouncer ini. Pertama, ada yang salah dalam penelitiannya. Mungkin ada variabel lain yang mempengaruhi kondisi kesehatan 200 orang laki-laki yang dijadikan obyek penelitian itu, tanpa diketahui oleh Bouncer. Ini sangat mungkin karena penelitian ini hanya berjalan lima tahun. Kedua, Dr. Karen Bouncer membuat kebohongan atas penelitiannya; memalsukan hasil penelitian. Ini juga sangat mungkin. Sejumlah penelitian palsu yang dilakukan oleh pendukung teori evolusi yang telah terbongkar, menjadi contoh lain betapa memalsukan penelitian untuk mendukung penyebaran “kesesatan” bukan hal yang tabu bagi mereka.
Ernst Haeckel, misalnya. Selama satu abad manusia dibohongi oleh gambar embrio “hasil penelitian”-nya. Ternyata, Haeckel telah membuat gambar hanya dari sebuah embrio, dan kemudian membuat embrio manusia, monyet dan anjing dari gambar tersebut dengan melakukan perubahan-perubahan yang sangat kecil. Dengan kata lain, hal tersebut adalah sebuah kebohongan.
Evolusionis juga pernah mempublikasikan fosil ikan yang mereka yakini sebagai “nenek moyang hewan-hewan darat”. Fosil ikan yang disebut coelacanth yang diklaim sebagai bentuk peralihan antara ikan dan hewan darat itu dijadikan dasar bahwa pisces juga berevolusi. Dengan demikian teori evolusi itu dianggap benar.
Hingga kemudian, pada tanggal 22 Desember 1938, ditemukan ikan dari famili coelacanth di Samudra Hindia. Ikan yang sebelumnya diajukan sebagai bentuk peralihan yang telah punah 70 juta tahun yang lalu itu, ternyata masih hidup. Pada tahun-tahun berikutnya, 200 ekor coelacanth berhasil ditangkap di berbagai tempat berbeda di seluruh dunia. “Kepalsuan” klaim teori evolusi sekali lagi dipatahkan.
Demikian pula pemalsuan fosil manusia Piltdown dan manusia Hahnhöfersand di Inggris dan Jerman. Juga pemalsuan terbesar arkeolog Jepang oleh ilmuwan evolusionis. Dalam skandal ini, pakar arkeologi Jepang, Fujimura Shinichi, tertangkap basah oleh bidikan kamera video ketika sedang memalsukan temuan-temuan bukti evolusi nenek moyang orang Jepang. Ia tertangkap tengah mengubur benda-benda palsu itu di lubang-lubang yang ia gali sendiri.
Apa yang direkomendasikan Dr. Karen Bouncer tidak lain adalah menyebarkan “kesesatan” yang efek destruktifnya tidak kalah dari pemalsuan Haeckel atau Fujimura Shinichi. Bagi mereka, orang-orang Yahudi dan kapitalis yang menguasai industri pornografi, rekomendasi “ilmiah” seperti ini akan mendatangkan keuntungan besar. Namun, bagi para pemuda muslim yang tertipu dengan hasil “penelitian” dan rekomendasi ini, mereka akan terjerumus pada pergaulan bebas yang membahayakan, menjauhkan umat dari rahmat-Nya, dan melemahkan generasi Islam. Bukankah itu yang diinginkan musuh-musuh Islam? Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin]
Lebih parahnya lagi, berpijak pada penelitiannya ia menganjurkan kepada kaum pria, terutama usia di atas 30 tahun untuk membaca majalah-majalah 'panas' seperti Playboy. Juga mencuri-curi pandang jika ada kesempatan.
Dinilai dari syariat Islam, jelas hasil penelitian ini berikut rekomendasinya sangat bertentangan dengannya. Bagaimana mungkin, Allah membuat sunnatullah terkait umur ditentukan oleh hal-hal yang bertentangan dengan syariat-Nya? Sementara terhadap lawan jenis yang bukan muhrim, Allah SWT menegaskan untuk ghadhul bashar; menundukkan pandangan.
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An-Nur : 30)
Jangankan melihat aurat, melihat wajah wanita saja tidak diperkenankan untuk terus menatapnya.
Ketika berada di samping Rasulullah, Al Fadhl bin Abbas pernah melempar pandang kepada seorang wanita, dan wanita itu pun melihat kepadanya. Saat Rasulullah SAW mengetahuinya, maka beliau memalingkan wajah Al Fadhl ke arah lain agar terhindar dari dosa.
“Jangan kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya)”, sabda Rasulullah di kesempatan yang lain sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Daud, “pandangan pertama untukmu, dan tidak untuk yang pandangan kedua.”
Dinilai dari fakta sosial, secara empiris penelitian Dr. Karen Bouncer juga tidak mendapatkan dukungan. Data statistik dunia tahun 2009 yang dipublikasikan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang menunjukkan negara yang usia rata-rata kaum pria paling panjang adalah Qatar. Rata-rata lelaki Qatar mencapai usia 81 tahun, lalu Hongkong 79,8 tahun, serta di tempat ketiga ada Swiss dan Eslandia pada 79,7 tahun.
Tahukah Dr. Karen Bouncer bagaimana kondisi pergaulan di Qatar? Di sana diterapkan syariat Islam dalam pergaulan umum. Hampir sama dengan Arab Saudi, meskipun di Qatar wanita tidak dilarang menyetir mobil. Jangankan bisa seenaknya “menikmati” aurat, muslimah-muslimah di Qatar sangat tertutup; sebagiannya mengenakan burqa. Jika kesimpulan dan rekomendasi Dr. Karen Bouncer benar, mestinya laki-laki Qatar tidak memiliki usia sepanjang itu.
Maka ada beberapa kemungkinan terkait dengan penelitian Dr. Karen Bouncer ini. Pertama, ada yang salah dalam penelitiannya. Mungkin ada variabel lain yang mempengaruhi kondisi kesehatan 200 orang laki-laki yang dijadikan obyek penelitian itu, tanpa diketahui oleh Bouncer. Ini sangat mungkin karena penelitian ini hanya berjalan lima tahun. Kedua, Dr. Karen Bouncer membuat kebohongan atas penelitiannya; memalsukan hasil penelitian. Ini juga sangat mungkin. Sejumlah penelitian palsu yang dilakukan oleh pendukung teori evolusi yang telah terbongkar, menjadi contoh lain betapa memalsukan penelitian untuk mendukung penyebaran “kesesatan” bukan hal yang tabu bagi mereka.
Ernst Haeckel, misalnya. Selama satu abad manusia dibohongi oleh gambar embrio “hasil penelitian”-nya. Ternyata, Haeckel telah membuat gambar hanya dari sebuah embrio, dan kemudian membuat embrio manusia, monyet dan anjing dari gambar tersebut dengan melakukan perubahan-perubahan yang sangat kecil. Dengan kata lain, hal tersebut adalah sebuah kebohongan.
Evolusionis juga pernah mempublikasikan fosil ikan yang mereka yakini sebagai “nenek moyang hewan-hewan darat”. Fosil ikan yang disebut coelacanth yang diklaim sebagai bentuk peralihan antara ikan dan hewan darat itu dijadikan dasar bahwa pisces juga berevolusi. Dengan demikian teori evolusi itu dianggap benar.
Hingga kemudian, pada tanggal 22 Desember 1938, ditemukan ikan dari famili coelacanth di Samudra Hindia. Ikan yang sebelumnya diajukan sebagai bentuk peralihan yang telah punah 70 juta tahun yang lalu itu, ternyata masih hidup. Pada tahun-tahun berikutnya, 200 ekor coelacanth berhasil ditangkap di berbagai tempat berbeda di seluruh dunia. “Kepalsuan” klaim teori evolusi sekali lagi dipatahkan.
Demikian pula pemalsuan fosil manusia Piltdown dan manusia Hahnhöfersand di Inggris dan Jerman. Juga pemalsuan terbesar arkeolog Jepang oleh ilmuwan evolusionis. Dalam skandal ini, pakar arkeologi Jepang, Fujimura Shinichi, tertangkap basah oleh bidikan kamera video ketika sedang memalsukan temuan-temuan bukti evolusi nenek moyang orang Jepang. Ia tertangkap tengah mengubur benda-benda palsu itu di lubang-lubang yang ia gali sendiri.
Apa yang direkomendasikan Dr. Karen Bouncer tidak lain adalah menyebarkan “kesesatan” yang efek destruktifnya tidak kalah dari pemalsuan Haeckel atau Fujimura Shinichi. Bagi mereka, orang-orang Yahudi dan kapitalis yang menguasai industri pornografi, rekomendasi “ilmiah” seperti ini akan mendatangkan keuntungan besar. Namun, bagi para pemuda muslim yang tertipu dengan hasil “penelitian” dan rekomendasi ini, mereka akan terjerumus pada pergaulan bebas yang membahayakan, menjauhkan umat dari rahmat-Nya, dan melemahkan generasi Islam. Bukankah itu yang diinginkan musuh-musuh Islam? Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin]