Setelah Usir Dubes Israel, Turki Tolak Tawaran Jutaan Dolar - Empat langkah Turki baru-baru ini dinilai berani dan membawa izzah bagi dunia Islam. Setelah mengusir dubes Israel dan meralat kesepakatan militer, lalu menuntut Israel minta maaf secara resmi, kini Turki menolak tawaran jutaan dolar dari Israel.
Keempat langkah itu merupakan bagian dari sikap Turki bertindak tegas pada Israel menyerang secara brutal kapal Mavi Marmara yang hendak membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza hingga menewaskan 9 warga Turki, 31 Mei 2010 lalu.
Ikhwanul Muslimin secara khusus mengapresiasi sikap pemerintah Turki mengusir dubes Israel dan meralat kesepakatan-kesepakatan militer serta mengurangi perwakilan diplomasi itu, Sabtu (3/9). Ikhwan menilai sikap itu mengakomodir aspirasi rakyatnya.
Sebelumnya, Turki melalui Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu mengancam Israel untuk meminta maaf secara resmi dan memberi Zionis kesempatan hingga 2 September lalu. Namun, Israel berkeras tidak mengindahkan ancaman itu. Turki pun segera memproses langkah hukum ke Mahkamah Pidana Internasional.
Langkah hukum ke Mahkamah Pidana Internasional adalah satu dari lima langkah merespon sikap Israel yang menolak meminta maaf. Kantor berita Anatholia menegaskan bahwa Turki akan mengajukan kepada Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag pada pekan depan, sekaligus mempermasalahkan legalitas blokade yang diterapkan Israel terhadap Jalur Gaza.
“Masalah ini bukan antara Turki dan Israel, namun antara Israel dengan masyarakat internasional dan hukum internasional serta nurani dunia,” tegas Aglo.
Sementara itu, Zionis Israel menawarkan akan membayar satu juta dolar sebagai kompensasi kepada setiap syuhada Mavi Marmara Turki. Namun Turki tetap saja terus mendesak Zionis Israel untuk meminta maaf secara resmi, dan tidak cukup hanya dengan membayar kompensasi saja.
Surat kabar Israel Yediot Aharonot melaporkan bahwa Zionis juga bersedia melipatgandakan kompensasi, sebagai ganti dari permintaan maafnya. [AN/bsb]
Keempat langkah itu merupakan bagian dari sikap Turki bertindak tegas pada Israel menyerang secara brutal kapal Mavi Marmara yang hendak membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza hingga menewaskan 9 warga Turki, 31 Mei 2010 lalu.
Ikhwanul Muslimin secara khusus mengapresiasi sikap pemerintah Turki mengusir dubes Israel dan meralat kesepakatan-kesepakatan militer serta mengurangi perwakilan diplomasi itu, Sabtu (3/9). Ikhwan menilai sikap itu mengakomodir aspirasi rakyatnya.
Sebelumnya, Turki melalui Menteri Luar Negeri Ahmet Davutoglu mengancam Israel untuk meminta maaf secara resmi dan memberi Zionis kesempatan hingga 2 September lalu. Namun, Israel berkeras tidak mengindahkan ancaman itu. Turki pun segera memproses langkah hukum ke Mahkamah Pidana Internasional.
Langkah hukum ke Mahkamah Pidana Internasional adalah satu dari lima langkah merespon sikap Israel yang menolak meminta maaf. Kantor berita Anatholia menegaskan bahwa Turki akan mengajukan kepada Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag pada pekan depan, sekaligus mempermasalahkan legalitas blokade yang diterapkan Israel terhadap Jalur Gaza.
“Masalah ini bukan antara Turki dan Israel, namun antara Israel dengan masyarakat internasional dan hukum internasional serta nurani dunia,” tegas Aglo.
Sementara itu, Zionis Israel menawarkan akan membayar satu juta dolar sebagai kompensasi kepada setiap syuhada Mavi Marmara Turki. Namun Turki tetap saja terus mendesak Zionis Israel untuk meminta maaf secara resmi, dan tidak cukup hanya dengan membayar kompensasi saja.
Surat kabar Israel Yediot Aharonot melaporkan bahwa Zionis juga bersedia melipatgandakan kompensasi, sebagai ganti dari permintaan maafnya. [AN/bsb]
