Angka Bunuh Diri di Eropa Naik Tajam - Sejak terjadi krisis perbankan, angka bunuh diri di Eropa pada 2010 meningkat tajam. Hal itu terungkap dalam penelitian berskala besar pertama yang mengkaji dampak resesi terhadap kesehatan. Banyaknya orang terbelit hutang, pengangguran dan pemangkasan layanan publik menjadi pemicu depresi dan bunuh diri itu.
Menurut studi yang dilakukan The Lancet itu, angka bunuh diri orang Inggris lebih buruk dari rata-rata. Pada 2010 terjadi kenaikan 8 persen dibanding kasus bunuh diri antara tahun 2007 dan 2009. Kenaikan itu mengejutkan karena sebelumnya terjadi penurunan jumlah kasus per tahun selama hampir satu dekade.
Negara yang terkena krisis paling parah, seperti Yunani dan Irlandia, menempati posisi paling buruk dalam hal kesehatan mental. Di Yunani, angka bunuh diri naik 16 persen pada tahun 2009 dibanding tahun 2007. Angka itu sudah tinggi, padahal ketika itu belum terjadi krisis seperti yang sedang terjadi belakangan ini, di mana bailout finansial menghantam lapangan kerja, pensiun dan layanan publik. Irlandia juga mengalami nasib serupa. Kenaikan angka bunuh dirinya naik sebanyak 13 persen.
Penelitian itu juga menunjukkan bahwa sejumlah negara di Eropa gagal mengambil pelajaran dari resesi sebelumnya. Negara-negara yang mempunyai program untuk melindungi rakyat dan membantu mendapatkan kembali pekerjaan dengan cepat, terbukti bisa menekan angka bunuh diri selama resesi.
Untungnya, tidak semua percobaan bunuh diri berhasil. Sebagiannya masih terselamatkan. Dalam setiap kasus bunuh diri, rata-rata kegagalannya 10 kali. Namun yang juga memprihatinkan kasus depresi lebih banyak lagi dan sulit dihitung.
Menurut Dr. Peter Byrne, psikiater dari Rumah Sakit Universitas Newham di London Timur, terdapat peningkatan jumlah pasien yang berusaha melukai diri sendiri atau berusaha bunuh diri, karena terlilit hutang, ketidakpastian hidup, atau kehilangan harapan.[AN/Hdy]
Menurut studi yang dilakukan The Lancet itu, angka bunuh diri orang Inggris lebih buruk dari rata-rata. Pada 2010 terjadi kenaikan 8 persen dibanding kasus bunuh diri antara tahun 2007 dan 2009. Kenaikan itu mengejutkan karena sebelumnya terjadi penurunan jumlah kasus per tahun selama hampir satu dekade.
Negara yang terkena krisis paling parah, seperti Yunani dan Irlandia, menempati posisi paling buruk dalam hal kesehatan mental. Di Yunani, angka bunuh diri naik 16 persen pada tahun 2009 dibanding tahun 2007. Angka itu sudah tinggi, padahal ketika itu belum terjadi krisis seperti yang sedang terjadi belakangan ini, di mana bailout finansial menghantam lapangan kerja, pensiun dan layanan publik. Irlandia juga mengalami nasib serupa. Kenaikan angka bunuh dirinya naik sebanyak 13 persen.
Penelitian itu juga menunjukkan bahwa sejumlah negara di Eropa gagal mengambil pelajaran dari resesi sebelumnya. Negara-negara yang mempunyai program untuk melindungi rakyat dan membantu mendapatkan kembali pekerjaan dengan cepat, terbukti bisa menekan angka bunuh diri selama resesi.
Untungnya, tidak semua percobaan bunuh diri berhasil. Sebagiannya masih terselamatkan. Dalam setiap kasus bunuh diri, rata-rata kegagalannya 10 kali. Namun yang juga memprihatinkan kasus depresi lebih banyak lagi dan sulit dihitung.
Menurut Dr. Peter Byrne, psikiater dari Rumah Sakit Universitas Newham di London Timur, terdapat peningkatan jumlah pasien yang berusaha melukai diri sendiri atau berusaha bunuh diri, karena terlilit hutang, ketidakpastian hidup, atau kehilangan harapan.[AN/Hdy]